Bagian Kemahasiswaan UIN Jakarta
menggelar Harun Nasution Memorial Lecture di Auditorium Utama, pada hari Kamis tanggal 14 Desember 2017 lalu. Acara yang digelar dalam rangka mengenalkan profil dan kiprah
keilmuan almarhum Prof. Dr. Harun Nasution bagi para mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menandaskan banyaknya sikap dan pengalaman hidup yang perlu
ditauladani.
Siapakah HarunNasution?
Harun Nasution lahir di Pematang
Siantar pada 23 September 2017, beliau merupakan anak ke 4 dari 5 bersaudara. Harun
Nasution menempuh pendidikan pertamanya di Sekolah modern bentukan pemerintah
Belanda yaitu HIS (Hollandsch Indandsche School). Di Sekolah inilah ia
mulai menyukai ilmu umum dan ilmu eksak.
Setelah menamatkan studinya di
HIS, Harun muda memilih bersekolah di MIK (Moderne Islamietische
Kweekschool) sekolah Islam pertama di Indonesia yang mengajarkan
pendidikan Islam yang rasional dan modern pada murid-muridnya. Tentu hal ini
membuat Harun Nasution semakin terkesan dengan Islam. Kegandrungannya pada
pemikiranan Islam liberal yang berkembang di Indonesia membuat keluarganya
khawatir, walaupun terdapat silang pendapat, hubungan Harun Nasution dengan
keluarganya tetap berjalan dengan baik. Merasa tak ada pilihan lain, akhirnya
keluarganya pasrah membiarkan pilihan Harun Nasution dan mengizinkannya belajar
di Mesir, pusat gerakan pembaharuan Islam. Kemudian Hatun melanjutkan studi di dan
American University of Cairo dan Universitas McGill, Kanada.
Almarhum yang pernah memimpin
UIN Jakarta (dulu, IAIN Jakarta) sepanjang 1973-1984. Beliau wafat di Jakarta
pada tanggal 18 September 1998.
Kegiatan Harun Nasution Memorial
Lecture diselenggarakan dengan menghadirkan dua guru besar UIN Jakarta, yakni
Prof. Dr. Yunan Yusuf dan Prof.Dr. Suwito. Diketahui, baik Yunan maupun Suwito,
merupakan dua dari banyak mahasiswa yang pernah dididik Harun. Tak hanya itu,
keduanya juga pernah menjadi rekan sebagai pengajar di UIN Jakarta.
Dalam paparannya, Yunan
menuturkan, Harun merupakan sosok intelektual yang sangat disiplin dan
rasionalis. Sebagai intelektual bercorak rasionalis, sambungnya, Harun
memosisikan Islam tidak hanya dilihat dari satu aspek atau terpaku pada satu
madzhab.
“Islam harus dipandang secara
luas, kendati seluruhnya kembali kepada penegasan atas ke-Tauhid-an Allah SWT.
Dengan begitu, Islam bukan hanya tentang ibadah melainkan islam juga meliputi
sejarah, peradaban dan politik,” katanya.
Sementara Suwito menyampaikan
penilaian bahwa Harun Nasution merupakan figur yang memiliki komitmen dalam
pendidikan dan pengajaran. Menurutnya, Harun adalah sosok intelektual yang
lebih memprioritaskan mengajar mahasiswa dibanding hadir dalam rapat-rapat
birokrasi.
Rektor UIN Jakarta Prof. Dr.
Dede Rosyada MA yang juga menjadi salah satu muridnya mengungkapkan besarnya
pengaruh Harun Nasution bagi tradisi keilmuan UIN Jakarta. Pemikirannya yang
luar biasa dapat mempengaruhi pola pikir mahasiswa yang moderat.
“Corak pemikiran almarhum adalah
mensinergikan antara Keislaman, kemodernan dan Indonesia. Ini pemikiran yang
menjadi landasan penting bagi siapapun sarjana UIN Jakarta,” katanya.
Selain kiprah keilmuan, Rektor
menambahkan, figur keseharian almarhum Harun juga layak dicontoh. Menurutnya,
saat ada jadwal mengajar, almarhum selalu datang sebelum jam perkuliahan
dimulai sehingga kegiatan perkuliahan bisa dimulai tepat waktu. “Almarhum
bahkan enggan menerima undangan yang menghambat jadwal mengajarnya,”
tambahnya.
Lebih dari seorang guru dan
pimpinan, sambungnya, almarhum Harun adalah sosok ayah bagi setiap
mahasiswanya. Ia mendukung penuh mereka sehingga bisa melanjutkan studi, bahkan
ia membiayai mahasiswa yang terhambat finansial.
Harun Nasution telah membuktikan bahwa Islam adalah agama rahmat
untuk semua orang, bukan untuk segelintir orang atau golongan.
sosok yg sangat menginspirasi
BalasHapusKerennn!! Sosok inspiratif
BalasHapusInspirator
BalasHapusCooL
BalasHapus