Multicursor - Working In Background Mengenal sosok Harun Nasution - Mesya's blog

Search

Jumat, 22 Desember 2017

Mengenal sosok Harun Nasution

Bagian Kemahasiswaan UIN Jakarta menggelar Harun Nasution Memorial Lecture di Auditorium Utama, pada hari Kamis tanggal 14 Desember 2017 lalu. Acara yang digelar dalam rangka mengenalkan profil dan kiprah keilmuan almarhum Prof. Dr. Harun Nasution bagi para mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menandaskan banyaknya sikap dan pengalaman hidup yang perlu ditauladani.
Siapakah HarunNasution?
Harun Nasution lahir di Pematang Siantar pada 23 September 2017, beliau merupakan anak ke 4 dari 5 bersaudara. Harun Nasution menempuh pendidikan pertamanya di Sekolah modern bentukan pemerintah Belanda yaitu HIS (Hollandsch Indandsche School). Di Sekolah inilah ia mulai menyukai ilmu umum dan ilmu eksak.
Setelah menamatkan studinya di HIS, Harun muda memilih bersekolah di MIK (Moderne Islamietische Kweekschool) sekolah Islam pertama di Indonesia yang mengajarkan pendidikan Islam yang rasional dan modern pada murid-muridnya. Tentu hal ini membuat Harun Nasution semakin terkesan dengan Islam. Kegandrungannya pada pemikiranan Islam liberal yang berkembang di Indonesia membuat keluarganya khawatir, walaupun terdapat silang pendapat, hubungan Harun Nasution dengan keluarganya tetap berjalan dengan baik. Merasa tak ada pilihan lain, akhirnya keluarganya pasrah membiarkan pilihan Harun Nasution dan mengizinkannya belajar di Mesir, pusat gerakan pembaharuan Islam. Kemudian Hatun melanjutkan studi di dan American University of Cairo dan Universitas McGill, Kanada.
Almarhum yang pernah memimpin UIN Jakarta (dulu, IAIN Jakarta) sepanjang 1973-1984. Beliau wafat di Jakarta pada tanggal 18 September 1998.
Kegiatan Harun Nasution Memorial Lecture diselenggarakan dengan menghadirkan dua guru besar UIN Jakarta, yakni Prof. Dr. Yunan Yusuf dan Prof.Dr. Suwito. Diketahui, baik Yunan maupun Suwito, merupakan dua dari banyak mahasiswa yang pernah dididik Harun. Tak hanya itu, keduanya juga pernah menjadi rekan sebagai pengajar di UIN Jakarta.
Dalam paparannya, Yunan menuturkan, Harun merupakan sosok intelektual yang sangat disiplin dan rasionalis. Sebagai intelektual bercorak rasionalis, sambungnya, Harun memosisikan Islam tidak hanya dilihat dari satu aspek atau terpaku pada satu madzhab.
“Islam harus dipandang secara luas, kendati seluruhnya kembali kepada penegasan atas ke-Tauhid-an Allah SWT. Dengan begitu, Islam bukan hanya tentang ibadah melainkan islam juga meliputi sejarah, peradaban dan politik,” katanya.
Sementara Suwito menyampaikan penilaian bahwa Harun Nasution merupakan figur yang memiliki komitmen dalam pendidikan dan pengajaran. Menurutnya, Harun adalah sosok intelektual yang lebih memprioritaskan mengajar mahasiswa dibanding hadir dalam rapat-rapat birokrasi.
Rektor UIN Jakarta Prof. Dr. Dede Rosyada MA yang juga menjadi salah satu muridnya mengungkapkan besarnya pengaruh Harun Nasution bagi tradisi keilmuan UIN Jakarta. Pemikirannya yang luar biasa dapat mempengaruhi pola pikir mahasiswa yang moderat.
“Corak pemikiran almarhum adalah mensinergikan antara Keislaman, kemodernan dan Indonesia. Ini pemikiran yang menjadi landasan penting bagi siapapun sarjana UIN Jakarta,” katanya.
Selain kiprah keilmuan, Rektor menambahkan, figur keseharian almarhum Harun juga layak dicontoh. Menurutnya, saat ada jadwal mengajar, almarhum selalu datang sebelum jam perkuliahan dimulai sehingga kegiatan perkuliahan bisa dimulai tepat waktu. “Almarhum bahkan enggan menerima undangan yang menghambat jadwal mengajarnya,” tambahnya.
Lebih dari seorang guru dan pimpinan, sambungnya, almarhum Harun adalah sosok ayah bagi setiap mahasiswanya. Ia mendukung penuh mereka sehingga bisa melanjutkan studi, bahkan ia membiayai mahasiswa yang terhambat finansial.
Harun Nasution telah  membuktikan bahwa Islam adalah agama rahmat untuk semua orang, bukan untuk segelintir orang atau golongan.

4 komentar: