Sekura berarti penutup wajah atau topeng. Pesta sekura adalah
sebuah pesta rakyat yang seluruh pesertanya menutup wajah. Tradisi sekura
lahir sekitar abad ke-9 Masehi. Tradisi yang masih hidup hingga saat ini Sekura
merupakan bagian sejarah masuknya ajaran dan agama Islam di Lampung khususnya
Lampung Barat.
Saat terjadi perang antara penganut animisme pimpinan Ratu
Sekerumong melawan penganut Islam pimpinan Maulana Penggalang Paksi Bersama
empat putranya, Maulana Nyerupa, Maulana Lapah Liwai, Maulana Pernong, dan
Maulana Belunguh. Mereka menggunakan sekura atau topeng untuk menutup wajah
mereka karena mereka akan berperang melawan kerabat mereka sendiri.
Pesta ini berlangsung dari 1 sampai 7 Syawal setiap tahunnya.
Sebuah bentuk perayaan kemenangan setelah menahan hawa nafsu selama bulan
Ramadhan.Pesta sekura dilaksanakan dalam satu rangkaian selama beberapa hari di
setiap tahunnya. Hal itu dilakukan agar masing-masing desa bisa menggelar
sehingga silaturahim antardesa bisa merata.
Sekura dibagi menjadi dua jenis, yang pertama sekura kecah yang
artinya sekura bersih biasanya mengenakan kostum yang bersih dan rapi. Sekura
kecah khusus diperankan oleh menghanai (laki-laki yang belum beristri). Sekura
ini berfungsi sebagai pemeriah dan peramai peserta. Mereka berkeliling pekon
(dusun) untuk melihat-lihat dan berjumpa dengan gadis pujaan. Selain itu,
sekura ini juga berfungsi sebagai pengawal sanak saudara yang menyaksikan
atraksi topeng. Mereka membawa senjata pusaka-kini simbolis saja, sebagai
simbol menjaga gadis atau muli bathin (anak pangeran) yang menyaksikan pesta
topeng agar terhindar dari sekura kamak yang jahat. Mereka juga menunjukkan
kemewahan dan kekayaan materi yang dapat terlihat dari selendang yang
dikenakannya. Secara simbolis banyaknya selendang mengartikan sekura itu adalah
meghanai yang baik.
Sedangkan, sekura kedua disebut sekura kamak yang artinya sekura
kotor atau sekura jahat. Busana yang dikenakan tidak hanya pakaian sehari-hari
yang digunakan dalam menggarap kebun, tetapi dapat juga dari segala jenis
tumbuhan yang diikatkan di tubuh. Sekura kamak tidak hanya digunakan oleh
meghanai, tetapi bisa juga dibawakan oleh pria yang sudah beristri. Mereka
berfungsi sebagai penghibur dalam sekuraan. Sekuraan ini berkeliling kampung
untuk kemudian singgah ke rumah-rumah penduduk. Masyarakat yang dikunjungi
wajib menyediakan makanan dan minuman yang diperuntukkan sekura yang datang ke
rumahnya. Dalam pesta sekuraan ini, kadang ditampilkan atraksi pencak silat
(silek), nyambai ( menyanyikan bait-bait pantun yang diiringi dengan tetabuhan
terbangan (rebana) satu. Pantun ini biasanya ditujukan pada muli (gadis).
Saat ini pesta sekura tidak hanya diadakan pada 1 sampai 7 syawal
(pasca lebaran idul fitri) tetapi juga diadakan saat ada acara-acara besar
seperti pada perayaan HUT RI 17 Agustus, Festival Sekala Brak.
Menarikkkk
BalasHapus